Kamis, 27 Desember 2012

ENJOY MORNING

Forests make peace in my heart
A lovely place to spend a morning
enjoying this beautiful morning made ​​fresh right?


So .... where are you going to spend your morning ..... I hope you like it






Jumat, 21 Desember 2012

I'LL MAKE LOVE TO U

Close your eyes, make a wish
And blow out the candlelight
For tonight is just your night
We're gonna celebrate, 
All through the night

Pour the wine, light the fire
Girl your wish is my command
I submit to your demands
I will do anything, 
Girl you need only ask

[Chorus]
I'll make love to you
Like you want me to
And I'll hold you tight
Baby all through the night
I'll make love to you
When you want me to
And I will not let go
Till you tell me to

Girl relax, let's go slow
I ain't got nowhere to go
I'm just gonna concentrate on you
Girl are you ready?
It's gonna be a long night

Throw your clothes on the floor
I'm gonna take my clothes off too
I made plans to be with you
Girl whatever you ask me you know I can do

[Chorus]

Baby tonight is your night
And I will do you right
Just make a wish on your night
Anything that you ask
I will give you the love of your life

Sabtu, 15 Desember 2012

Indahnya Pemandangan Ini


Kalo malam mungkin ngeri juga nih....kesannya  horor  tapi  romantis
Menyendiri disini kayaknya damai banget yaa

Asyik yaa...kalo punya banyak musim seperti ini



Sooo......aku harap kamu menyukainya..... :)



Jumat, 09 November 2012

Cinta Itu Indah

          Cinta itu ada banyak jenisnya, cintamu pada orang tua, kakak, adik, teman dan yang tak pernah lekang dimakan waktu dan selalu punya cerita adalah cinta dua anak manusia yang berlainan jenis.
Tetapi cinta untuk dua insan terbagi lagi dengan beberapa jenis cinta, seperti :

1. Cinta musiman, hanya bilang
    cinta saat membutuhkan.

 2. Cinta abu-abu, katanya cinta
     tapi kepastian tak pernah
     menentu.

 3. Cinta lebay, cinta yang hanya
     manisnya kata saja terasa begitu
     aduhai.

 4. Cinta melukai, bilang cinta tapi
     sering menyayat hati.

 5. Cinta pasaran, mengobral cinta
     untuk mencari keuntungan.

I love you.........no matter what they say
 6. Cinta pendusta, sesaat bilang
     cinta untuk kemudian katanya lupa.
 7. Cinta fatamorgana, cinta yang
     meski dikejar tak pernah mau
     menampakan wujud aslinya.

 8. Cinta mati, katanya demi cinta
     ia rela bunuh diri atau
    membunuh pasangan sendiri.
 9. Cinta buta, cinta yang tidak
     tahu kemana arah tujuannya.
10.Cinta sejati, cintanya memberikan ketentraman hati.

       Yang mana tipe cintamu??.....hanya dirimu yang tahu. Namun yang pasti semua orang pasti menginginkan cinta yang sesuai dengan harapannya.



            Kalau cinta seorang ibu ........ jangan pernah diragukan lagi. Karena, kita tak akan ada tanpa cinta dan kasih sayangnya. Sejak ia tahu kita telah ada dirahimnya, dia akan menjaganya hingga tiba waktunya kehadiran kita secara nyata. Saat kita masih bayi, ia rela tak tidur saat kita rewel, menangis, lapar, mengganti popok bahkan saat sakit. Ketika kita mulai merangkak, berjalan, tertawa, berceloteh, semuanya dihadapi dengan sabar sehingga terkadang waktunya tersita untuk diri kita. Tetapi ia rela dan ikhlas melakukan semuanya. Jadi.........untuk semuanya yang masih memiliki ibu, sayangi bundamu, dengarkan keluh kesahnya, berusahalah berikan waktumu untuknya, walaupun itu hanya sebentar. Karena kamu tidak akan bisa memutar waktu jangan sampai suatu hari nanti ada penyesalan dihatimu.

Kasih ibu sepanjang masa........


Senin, 29 Oktober 2012

Cinta itu............



Jujur tanpa menyakiti
Terbuka tanpa mengambil untung
Bersikap timbal balik tanpa menyusupi
Saling percaya tanpa membutakan mata
Bersikap menghormati tanpa mengidolakan
Saling memberikan tanpa mengendalikan
Mencintai tanpa menguasasi




10 Khasiat Buah Manggis Bagi Kesehatan


             Manggis merupakan salah satu buah yang tahan lama bahkan tidak mungkin bisa busuk , meskipun berada di atas tanah selama apapun. Mengapa demikian?? Manggis merupakan salah satu buah yang memiliki kandungan antioksidan yang sangat luar biasa jika dibandingkan dengan buah semacamnya. Manggis tidak akan busuk, namun manggis ini akan mongering dan akhirnya menjadi kayu yang cuku keras. Namun dibalik semua itu banyak sekali khasiat buah manggis yang bisa kita manfaatkan terutama bagi kesehatan tubuh kita.
             Manfaat dan Khasiat Buah Manggis
 Banyak sekali manfaat dan khasiat buah manggis yang bisa kita dapatkan dengan mengkonsumsi buah manggis, diantaranya adalah sebagai berikut :
Manggis mampu menyembuhkan sekaligus mencegah penyakit kanker. Ekstrak dari buah manggis ini ternyata mampu mencegah akan tumbuhnya beberapa sel kanker yang ada di dalam tubuh kita, seperti kanker paru – paru, kanker hati, kanker usus, dll.
Mencegah tumbuhnya sel – sel pada penyakit leukemia.
Dapat mencegah beberapa penyakit mematikan seperti diabetes, kanker, arthritis, jantung dan beberapa penyakit mematikan lainnya.
Mampu mengurangi rasa sakit.
Mengurang tekanan darah tinggi.
Melawan radikal bebas.
Melancarkan pencernaai di dalam tubuh kita karena kaya akan kandungan serat alami.
Mampu menurunkan kadar kolesterol.
Mengatasi penyakit batu ginjal.
Dapat  meningkatkan energy kita.
 Di atas adalah beberapa manfaat dan khasiat buah manggis yang bisa kita dapatkan dengan mengkonsumsinya setiap hari secara rutin.
 Khasiat Buah Manggis Untuk Jantung
 Sebenarnya banyak sekali manfaat dan khasiat buah manggis yang bisa kita dapatkan. Namun beberapa orang kebanyakan memanfaatkan manggis sebagai obat alternatif untuk pengobatan penyakit jantung yang aman dana tanpa menyebabkan efek samping. Namun selain baik untuk kesehatan jantung, kandungan yang ada di dalam buah manggis ini juga baik untuk menyembuhkan penyakit jantung, stroke, diabetes, darah tinggi, ginjal, dan beberapa penyakit berat lainnya. Untuk itu bagi anda yang memiliki beberapa gejala akan penyakit yang sudah dijelaskan ada baiknya juga mengkonsumsi buah manggis ini untuk menyembuhkan dan untuk kesehatan tubuh juga.















































Minggu, 28 Oktober 2012

KETIKA CINTA KEMBALI MENYAPA


Hari ini tepat setahun kesendirianku sejak perceraian itu terjadi, rasanya masih seperti kemarin. Setahun ini bagiku seperti masa pemulihan dari sebuah sakit yang amat sangat perih. Dengan susah payah kutata kembali kehidupanku perlahan – lahan kembali kudapatkan kekuatan untuk menapaki kehidupanku. Diluar sana gerimis masih membahasi jalanan, pikiranku melayang pada semua yang terjadi saat itu, kejadian itu kembali menari dipelupuk mataku.
Siang itu aku pulang dari kafe milikku mengambil handphoneku yang tertinggal dirumah. Bagiku benda itu sangat penting bagiku karena dengan itu para pelangganku dapat menghubungiku karena selain kafe aku pun menyediakan jasa catering untuk acara pesta. Kulangkahkan kakiku memasuki rumah tanpa ada perasaan curiga sedikitpun, kutapaki tangga menuju kamar tidur kami yang berada dilantai dua. Saat pintu kamar terbuka betapa terkejutnya aku melihat Andre bersama wanita yang tak kukenal, mereka berdua pun tak kalah terkejutnya. Setelah merapikan diri Andre mengejarku. Pertengkaran pun tak dapat terelakkan amarahku membuncah aku merasa dibohongi, ditipu, dikhianati dan yang paling parah lagi Andre membawa wanita itu kerumah khususnya dikamar kami. Harga diriku serasa diinjak – injak,aku sama sekali tak dihargai oleh orang yang kupercaya, kucintai selama ini dengan sepenuh hatiku. Air mataku berurai deras, dengan setengah berlari kuturuni tangga hingga tak kusadari kakiku terpeleset, aku terguling kebawah namun aku masih bisa berusaha untuk berdiri, namun betapa kembali terkejutnya aku saat kulihat betisku berdarah. Ya Allah baru kuingat akan kehamilanku yang baru berusia empat minggu, aku berusaha bangkit  Andre mencoba menolongku namun kutampik dengan kasar kebencianku berada pada titik didih tertinggi. Dengan susah payah aku berusaha menuju Rumah Sakit terdekat, disana aku segera ditangani dengan cepat oleh Dokter dan Perawat, namun apa dikata segala upaya telah dilakukan oleh paramedis tersebut, namun pendarahan yang aku alami sangat parah akhirnya aku harus pasrah bahwa aku telah kehilangan cabang bayiku yang selama ini kunanti dan kujaga dengan sepenuh hatiku. Aku tak mampu berkata, bibirku kelu, aku hanya pasrah. Yang ada dalam benakku hanyalah segera menggugat cerai Andre.
Ketika hakim menjatuhkan palunya pertanda resmi sudah perceraianku dan Andre, saat berpapasan kulihat tatapan yang mengandung penyesalan, namun tak kugubris kuberlalu dengan langkah pasti meninggalkan gedung pengadilan menuju kafe sekaligus rumahku saat ini. Disini kukembali menata hidupku yang sempat porak poranda, kujalankan lagi usahaku seperti biasanya karena selama aku sibuk mengurus persidangan Freya sahabat sekaligus partnerku yang mengurus segalanya. Kusibukkan diri dengan kegiatan – kegiatan sosial, ku ingin membagi kebahagian dengan mereka yang tak bisa mendapatkan segalanya.
Lamunanku terhenti saat Freya mengetuk pintu,
« Ada apa ?, » tanyaku.
« Andira looking for you, » jawabnya. Freya adalah seorang wanita kulit hitam yang manis memiliki dua orang anak yang lucu – lucu, walaupun tak terlalu lancar menggunakan bahasa Indonesia tapi ia mengerti apa yang kuucapkan. Yap, aku tinggal dinegeri orang karena dibawa oleh tanteku yang menikah dengan warga negara asing, aku telah dianggap anak oleh keduanya meskipun mereka telah memiliki tiga orang anak. Mereka membawaku karena kejadian tragis yang menimpa orang tuaku, mereka tewas dalam kecelakaan pesawat saat ku masih berusia dua belas tahun.
“Ok, I’ll be right there”, jawabku. Segera berjalan untuk menemui seseorang tersebut. Ternyata Andira, dia pengelola dari panti asuhan yang baru saja kami dirikan bersama – sama dengan teman lain dari berbagai macam suku bangsa.
“Apa kabar, lama tak jumpa,” ujarku sembari memeluknya sesaat.
“Baik,” jawabnya singkat lengkap dengan senyuman.
Kami menuju tempat duduk, kutatap wajahnya terlihat serius sepertinya ada hal yang ingin disampaikan olehnya.
“Begini Cin, ternyata dana yang kita miliki masih kurang, untuk keperluan dapur. Aku sudah berusaha membaginya dengan baik tapi memang masih kurang,” ujarnya dengan serius.
Freya datang menyuguhkan cappuccino untuk Andira lalu ikut bergabung menyimak yang kami bicarakan.
“Tapi dana yang dari para donator masih ada kan,” tanyaku.
“Ada, tapi kusimpan untuk keperluan lain jaga – jaga kalau ada anak yang sakit, seperti kemarin Tomy demam terpaksa harus kubawa ke dokter,”.
Kupersilahkan dia untuk meminum minumannya, sembari berpikir. Andira menyeruput minumannya. Aku masih belum menemukan jalan keluarnya, mungkin otakku masih beku oleh lamunan tadi. Kutatap Freya untuk meminta idenya, dia hanya mengangkat bahu berarti ia pun belum menemukan jalan keluarnya.
“Apa dana itu diperlukan segera An,” tanyaku
“Cepat sih nggak, tapi dana itu memang diperlukan juga pada akhirnya.”
Aku mengangguk mengerti. “Oke, nanti aku pikirkan caranya,” jawabku sambil tersenyum pada Andira.
“Sorry, jadi merepotkan kamu Cin,” ujar Andira
“It’s ok, lagipula itu juga kewajibanku,” jawabku sambil memegang bahunya. Sesaat kemudian kami bertiga lebur dalam perbincangan, Andira bercerita tentang tingkah polah anak – anak panti. Tak terasa satu jam berlalu, Andira pamit pulang.
“Ok, kalau begitu aku pulang dulu," ujarnya sembari berdiri lalu memelukku dan Freya.
“Hati – hati ya, titip salam untuk anak – anak," kataku.
Sepeninggalnya Andira aku masih memikirkan cara agar bisa mendapatkan dana tersebut namun karena pelanggan berdatangan aku segera menyapa mereka seperti biasanya dan mencatat pesanan mereka. Freya sering protes padaku bila aku melalukan hal ini, tapi aku suka meskipun kami memiliki pelayan. Siang ini kafe lumayan banyak pengunjungnya sehingga tempat yang kami sediakan terisi penuh semua. Terima kasih ya Allah atas rezeki yang Kau berikan hari ini, bisikku dalam hati. Dimeja kasir kulihat Freya tersenyum bahagia padaku.
Pagi ini matahari seperti enggan menampakkan sinarnya, mendung bergelayut diatas sana. Kubolak – balik Koran pagi ini mencari berita yang menarik, mataku terhenti dikolom iklan ada yang menarik disana.
Dibutuhkan segera pengasuh sementara anak laki-laki berusia berusia lima tahun. Alamat        sertakan biodata lengkap anda.
Aha….kujentikkan jariku, aku memandang kearah Freya yang bingung meminta penjelasan dengan tatapannya. Kutunjukkan kolom iklan itu padanya, tapi rupanya dia masih tak mengerti maksudku.
"What….I still don’t understand." Katanya
"This the solution Freya, dana itu, untuk panti," ujarku
Matanya yang sudah bulat itu terbelalak hingga aku setengah tertawa karenanya.
"Maksudmu, kamu mau jadi pengasuh mencari dana untuk panti," tanyanya meyakinkan diri.
"Exactly," kataku mantap.
"Berapa lama, kamu mau jadi pengasuh selamanya?."
"Off course not, it’s just for awhile, look," jawabku kembali menunjukkan iklan.
"Apa tidak ada jalan lain," ujarnya kembali
"Apa salahnya mencoba, belum tentu langsung diterima bukan," ujarku sambil mengambil roti panggang sarapanku.
"Terserah kamu, tapi hati – hati ya," katanya lagi.
Aku mengangguk setuju, begitulah Freya dia selalu mengingatkan siapapun di kafe ini terutama karyawan kami apabila hendak melakukan sesuatu. Dia sudah seperti saudara bagiku. Aku segera menyiapkan biodata seperti yang tertera diiklan tersebut.
Keesokan paginya aku mencari alamat yang tertera diiklan itu, setelah mencari beberapa lama akhirnya aku menemukan rumah itu, tamannya tertata rapi bunga mawar dan lily tumbuh dengan subur dan mekar dengan indahnya. Kutarik lalu kuhembuskan kembali nafasku sebelum kumemencet bel. Sesaat kemudian seorang wanita cantik membuka pintu sembari tersenyum.
"Rumah keluarga Miller?," tanyaku dalam bahasa Inggris.
"Yes, and you must be Cindy?," tebakknya. "You can call me Amira,"sambungnya.
"Yes."
"Silahkan masuk, kami sudah menunggumu sejak tadi,"jawabnya dengan bahasa Indonesia yang sangat lancar. Aku terkejut mendengarnya.
"Kami mempunyai paman yang menikah dengan orang Indonesia, jadi kami belajar dari tante," jelasnya karena melihat keterkejutanku.
"Ya, benar kata orang kalau dunia itu kecil," jawabku sambil mengikutinya dari belakang. Kemarin saat membuat janji aku memang sudah menceritakan sedikit tentang diriku pada mereka.
Diruang keluarga itu ada seorang anak sedang bermain dengan robotnya, dia menoleh saat kami datang lalu kemudian duduk disamping ibunya.
"Ini anakku Ryan, pengasuhnya yang dulu sedang cuti karena ibunya sedang sakit,jadi terpaksa aku harus mencari penggantinya sementara," jelasnya padaku.
"Hi, Im Cindy. Nice to meet You Ryan," ujarku sambil mengulurkan tangan kepada Ryan.
Ia pun menyambut tanganku,lalu mengucapkan namanya. Lalu kemudian mengambil tempat duduk disebelahku. Ia membawaku untuk memainkan robotnya.
"Sepertinya Ryan suka denganmu, sebelumnya ada pelamar lain tapi dia takut lalu sembunyi dibelakangku, well Cindy sepertinya kamu diterima karena dia yang memutuskannya," ujarnya.
Aku tersenyum sembari memainkan robot yang diberikan Ryan padaku. "Terima kasih."
Sesaat kemudian Amira menjelaskan kepadaku apa saja yang harus kulakukan dalam mengurus Ryan, mulai dari makanan, cara memandikan, jamnya istirahat, serta hal lainnya dan menunjukkan kamar tidur anak semata wayangnya itu. Lalu ia menunjukkan kamar disebelah kamar Ryan.
"Ini kamar adikku, namanya Peter tapi ia jarang tidur disini karena ia tinggal asrama kampus hanya saat sedang ada waktu dia biasanya kesini menjenguk Ryan," ujarnya.
Lalu kami menuruni tangga Ryan memegang tanganku sambil tersenyum lebar sepertinya ia senang dengan kehadiranku, sesampainya dibawah Ryan membawaku untuk menggambar namun Amira memintanya untuk menunggu dulu karena dia akan membahas tentang jumlah gajiku. Ia pun tak keberatan saatku meminta separuh gajiku dulu karena aku memerlukannya. Sejak saat itu mulailah aku bekerja dikeluarga Miller. Aku menikmati pekerjaanku, Ryan anak yang lucu walau terkadang ia juga bisa susah diurus.Kedua orang tuanya pun ramah terhadapku, sehingga aku merasa betah dengan pekerjaan ini.Bahkan mereka pernah mengajakku untuk berlibur ke tempat orang tuanya namun kutolak karena aku ingin mengurus kafe dan panti selama mereka berlibur.Tentu saja mereka tak mengetahui hal itu, aku merahasiakannya.
Hari ini aku dan Ryan sibuk menyusun mainan Leggo agar menjadi sebuah rumah, tiba – tiba bel pintu berbunyi. Seperti biasanya Ryan selalu berusaha mendahuluiku untuk membukakan pintu, saat pintu terbuka Ryan menghambur kepelukan lelaki muda yang didepannya, seraya berkata "Uncle Peter." Laki – laki itu pun memeluknya erat, sambil menanyakan kabarnya. Sambil menggendong Ryan, dia mengulurkan tangannya padaku.
"Kau pasti Cindy," ujarnya lugas. Aku pun mengulurkan tanganku sambil menjawab dan entah mengapa ada getar aneh dihatiku saatku menjabat tangannya namun segera kutepis.
"Ryan sering menceritakan dirimu lewat telpon padaku, sepertinya ia sudah mulai lupa dengan pengasuhnya yang dulu," ceritanya.
"Namanya juga anak – anak, nanti pun kalau aku sudah tidak disini lagi pasti ia pun begitu," jawabku sambil mengikuti mereka berdua dari belakang. Tak ada rasa canggung antara aku dan Peter, orangnya cepat sekali beradaptasi. Sehingga tak terasa hari berlalu saatnya aku untuk pulang, namun orang tua Ryan tak kunjung datang, jam sudah menunjukkan pukul enam tigapuluh biasanya mereka datang lebih cepat. Tiba – tiba handphoneku berbunyi dari ibunya Ryan, ia mengatakan kalau mereka berdua tak dapat pulang segera karena menghadiri undangan kolega suaminya. Ini berarti aku harus disini sampai mereka kembali sebenarnya aku bisa menitipkannya pada Peter namun Ryan ingin aku yang menidurkannya. Aku pun membawanya ketempat tidur lalu membacakan cerita untuknya beberapa saat kemudian ia pun tertidur, segera kurapikan selimutnya dan aku baru menyadari kalau aku belum makan malam. Aku bergegas turun untuk merapikan mainan Ryan yang berantakan tetapi rupanya Peter sudah merapikannya. Aku pun menuju dapur disana Peter sedang memasak sesuatu, sepertinya lasagna wanginya begitu terasa membuatku semakin lapar. Peter tersenyum begitu mengetahui kedatanganku seraya bertanya "Lapar?."
"Sangat," jawabku tanpa ragu. Aku pun membantunya menyiapkan piring dan air minum. Sesaat kemudian kami pun menyantap lasagna tersebut.
"Bagaimana masakanku," tanyanya kembali sesaat setelah kumasukkan lasagna kemulutku.
"Enak." Sahutku sambil kembali makan
"Betul enak atau enak karena kamu sedang kelaparan," sambil menatapku sehingga aku jadi agak salah tingkah.
Aku mengacungkan dua jempolku karena mulutku sedang penuh, Peter tersenyum melihatnya. God….senyumnya manis sekali hei…what’s wrong with me teriak batinku. Waktu berjalan dengan cepat, Peter banyak bercerita tentang dirinya, bahwa dia mahasiswa tingkat akhir jurusan pertambangan, punya usaha bengkel yang baru dimulainya setahun yang lalu, punya tiga sahabat yang ternyata sepupunya semua, ia bahkan menunjukkan foto mereka berempat dari dompetnya. Dahiku mengerenyit kenapa tak ada foto teman wanitanya didompet itu, rupanya Peter dapat membaca pikiranku. Dia pun mengatakan kalau dia sedang tak ada teman wanita yang dekat saat ini, dan entah mengapa ada pojok hatiku yang lega mendengarnya. Pembicaraan kami terhenti saat bel pintu berbunyi kedua orang tua Ryan telah datang. Aku segera pamit pulang karena jam sudah menunjukkan jam Sembilan tepat, Amira sempat meminta maaf dan ia menawarkan Peter untuk mengantarku pulang aku pun menyetujuinya, karena tadi pagi aku menggunakan taksi ke sini skuter yang selalu kupakai sedang dibengkel.Sepanjang perjalanan kami tak hentinya berbicara tentang apa saja, akhirnya kami pun sampai didepan kafe.
“Kamu tinggal disini?,” Tanya Peter. "Ini milikmu ?," sambungnya.
Aku tersenyum melihat keterkejutan kecil diwajahnya dan segera mengiyakan pertanyaannya yang beruntun itu. Aku mempersilahkan Peter masuk ternyata Freya masih ada didalam aku segera memperkenalkan keduanya, dia masih menghitung semua untuk hari ini. Beberapa saat kemudian, Peter pamit pulang. Sepulangnya Peter, Freya memberondongku dengan pertanyaan, aku pun menjawab apa adanya.
"Jangan tutup hatimu, sepertinya dia suka denganmu." Ujarnya mengikutiku menapaki tangga menuju kamarku dilantai dua.
"Bagaimana kamu bisa seyakin itu,aku kenal saja baru beberapa jam."
"Mataku ini tidak buta."
"Dia lebih muda tiga tahun dariku Freya."
"Lho, memang kenapa, banyak pasangan yang lelakinya lebih muda malah langgeng. Lihat saja Kim dengan Justin." Dia menyebutkan salah satu sahabat kami. Kuhempaskan tubuhku  di tempat tidur, Freya pun melakukan hal yang sama. Kelelahan terasa saat tubuh berada ditempat tidur. Kutatap langit – langit kamarku yang ada disitu……Peter. Kugelengkan kepalaku menghalau hal itu. Freya memiringkan tubuhnya menghadap kearahku.
"He's a nice guy, I like him." Ujarnya meyakinkan ku.
"Biar waktu yang menjawabnya," ujarku pula.
Freya tersenyum, lalu bangkit dari tempat tidur ia ingin bersiap pulang. Sepeninggalnya Freya aku bergegas membersihkan diri, untuk segera tidur. Saat kantuk menderaku, sisi hatiku terbersit tanya "Mungkinkah dia orangnya ?."

#####
Aku membongkar isi lemariku mencari gaun yang tepat untukku, entah kenapa rasanya selalu ada yang tidak tepat, padahal semua gaun itu masih bagus untuk dipakai kembali. Hhhh…..kenapa aku jadi gugup, resah, begini padahal Peter hanya minta ditemani ke acara kampusnya. Dan aku tak mengerti kenapa aku tak mampu menolak permintaannya itu. Freya memandangku sambil berdiri dipinggir pintu kamarku, dia hanya tersenyum melihat tingkahku. Kutatap dia dengan perasaan berkecamuk.
"Yang merah itu bagus kok," ujarnya meyakinkanku.
"Apa warnanya tidak terlalu mencolok," tanyaku sambil memandang gaun tersebut.
"Justru dengan itu kamu bisa jadi pusat perhatian," katanya sambil mendekatiku.
"Freya…..honey, aku cuma menemaninya bukan mau cari jodoh."
"Siapa suruh kamu cari jodoh, jodohmu sudah ada didepan matamu tapi kamu masih meragukannya," ujar Freya sambil membantuku merapikan gaun itu begitu kupasang.
Aku membelalakkan mataku padanya tapi cuek pura – pura tidak tahu. Namun apa yang dikatakannya memang benar adanya, bisik batinku.
Kupandangi bayanganku dicermin ternyata pilihan Freya tidak salah. Im good looking with this dress. Enam bulan yang lalu Peter telah mengungkapkan perasaannya kepadaku, namun kukatakan padanya kalau aku perlu waktu untuk memikirnya Peter pun mengiyakan. Aku ragu karena perbedaan usia diantara kami berdua walaupun hanya tiga tahun, tetapi Peter  tak pernah berhenti meyakinkan diriku bahwa itu bukanlah penghalang dan selama enam bulan ini dia telah membuktikannya. Kuakui dia bukan seperti lelaki pada umumnya yang seusia dirinya, pikirannya dan tindakannya begitu dewasa. Karena itulah Freya selalu mendesakku untuk segera memberikan jawabanku pada Peter. Aku bosan melihat kamu selalu begini, katanya suatu waktu padaku.


"Kamu sudah siap dengan jawabanmu malam ini," ujar Freya sambil membantuku berdandan.
"Kamu yakin dia akan menanyakanku ?."
Freya menganggukkan kepalanya sembari menyapukan blush on di pipiku. Hhh…temanku yang satu ini memang seperti memiliki indra keenam saja. Sesaat kemudian acara berdandan selesai, sekali lagi aku mematut diri dihadapan cermin, perfect. Tinggal menunggu Peter datang. Jantungku berdegup aku seperti anak remaja pada kencan pertamanya. Lima belas menit kemudian Freya memanggilku dari bawah, Peter telah datang. Kutarik lalu kuhembuskan lagi nafasku untuk menghalau rasa gemuruh didadaku. Kuturuni tangga dengan pelan namun pasti dibawah sana Peter  telah menunggu dengan seikat bunga mawar segar dia terlihat begitu tampan dengan tuxedo-nya.Peter memberikanku mawar tersebut, aku menyambutnya dengan suka cita. Tanpa ragu digenggamnya tanganku menuju mobil, kutoleh kepalaku kebelakang kearah Freya, dia tersenyum.
"Have fun," ujarnya.
"We will," jawab Peter.
Sesaat kemudian mobil kami meluncur menuju tempat pesta diadakan. Sambil mengemudikan mobil Peter bertanya padaku "Kamu suka bunganya?."
"Suka, terima kasih. Kamu tidak memintanya dari Amira kan?."
Peter tertawa kecil lalu menjawab "Aku memang memetik dari kebunnya. Tapi dia mengijinkan begitu tahu bunga itu untukmu," sambil menatapku penuh arti.
Ditatap seperti itu aku jadi salah tingkah, segera kualihkan pandanganku ke depan. Lalu kesunyian sesaat terasa, namun aku masih merasakan debar didadaku.
Sesampainya di depan Kampus Peter membukakan pintu mobil untukku, lalu menggandeng tanganku sembari melangkah, sesampainya di depan pintu tempat pesta aku menghentikan langkahku sejenak.
“Kenapa?,” Tanya Peter padaku.
“Janji kamu nggak akan meninggalkanku didalam, aku nggak kenal siapa pun disana selain kamu,” jawabku.
Peter tersenyum lalu menganggukkan kepalanya tanda setuju. Lalu kami pun kembali melangkah memasuki ruangan. Dan…tak satu pun yang kukenal disana. Tanpa kusadari tangan Peter kugenggam dengan erat. Rasanya seperti kembali ke masa lalu ketika aku kuliah dahulu, aku termasuk yang jarang menghadiri pesta. Peter mengenalkanku pada teman – teman dan ketiga sepupunya, semuanya ramah kepadaku. Peter pamit sebentar padaku meninggalkanku dengan sepupunya.
“Peter selalu menceritakan dirimu kepada kami,” ujar Bryan sambil menawarkanku kue.
“Semoga bukan yang aneh – aneh,” jawabku sambil mengambil kue tersebut sebuah lalu tersenyum.
“Tidak, dia katakan kalau kamu wanita yang dia cari selama ini,” ujar Andrew.
Aku membelalakkan mataku sembari menatap mereka, aku tak tahu apa warna wajahku saat ini. Ya Tuhan….Freya benar apa lagi yang kucari.
“Dia akan menunggumu. Itu yang dia katakan,” kata Bryan lagi.
Lalu Peter datang percakapan kami pun terhenti. Ketiganya pun pamit untuk berbaur dengan yang lain. Sembari melangkah Bryan mengacungkan dua jempolnya kearah kami berdua sembari tersenyum. Aku dan Peter tersenyum melihatnya kemudian dia membawaku katanya ingin mengenalkanku pada dosen pembimbingnya, kami pun berjalan ke sudut ruangan tersebut disana terlihat beberapa lelaki dan wanita. Peter menepuk pelan pundak lelaki yang membelakangi kami, alangkah kaget bercampur senang hatiku saat kumelihat begitu membalikkan badannya ternyata dia pak Wright dosenku dahulu.
“Cindy….how are you??,” tanyanya sembari mengulurkan tangannya.
“Im fine sir, anda masih ingat dengan saya” jawabku lalu menyambut uluran tangannya.
“Off course, bagaimana mungkin saya bisa lupa. Kamu salah satu mahasiswa yang berprestasi dibawah bimbinganku,” jawabnya antusias.
“Bapak bisa saja, sudah lama anda pindah ke Universitas ini pak?, " tanyaku lagi.
"Ya, sejak angkatanmu lulus semua, aku mendapatkan tawaran mengajar disini. Tanpa berpikir dua kali aku langsung mengiyakan, lagi pula disini fasilitas disini lebih lengkap."
"Pastinya dananya juga kan pak," jawabku sambil bercanda.
Dia tertawa dan mengiyakan. Sesaat kemudian kami bertiga larut dalam percakapan, sampai akhirnya pak Wright diminta ke depan untuk mengumumkan sesuatu. Ternyata pesta ini diadakan untuk menggalang dana untuk penelitian yang dilakukan oleh Universitas. Setelah serangkaian acara dilalui saatnya untuk bersantai dan menikmati hidangan yang telah disediakan dan juga bagi yang ingin berdansa. Saat itulah Peter mengajakku ke salah satu bangunan yang ada di kampusnya, sesampainya disana Peter benar dari tempat itu bulan terlihat begitu jelas dan indah sekali.
"Aku selalu kesini bila ingin mencari ketenangan dan membuat tugasku," katanya sambil menatap bulan purnama. Lalu menatapku kemudian dengan cepat meraih kedua tanganku lalu berkata "Cindy…aku ingin jawabmu."
Aku mengerti arah pembicaraannya, dan entah kekuatan dari mana hingga kumampu menatap dalam – dalam sepasang mata biru yang ada dihadapanku saat ini, sesaat hening terasa diantara kami berdua. Setelah menarik nafas dan menghembuskannya kembali aku pun menganggukkan kepala sembari tersenyum, sesaat kemudian aku sudah berada dalam pelukan hangat Peter rasanya waktu seperti berhenti berputar, aku merasa begitu aman didalamnya.
Aku mendongkakkan kepalaku kearahnya lalu bertanya "Kenapa aku ?."
"Aku menemukan yang kucari dirimu," jawabnya sambil masih memelukku erat.
"Apa ?."
"Secret."
Aku pura – pura cemberut, lalu kami berdua tertawa bersama kemudian dikecupnya dengan lembut keningku. Tak terasa airmataku menetes, airmata bahagia, aku tak bisa mengungkapkan semua dengan kata saat ini. Peter menghapusnya untukku. Kemudian kami pun meninggalkan tempat itu kembali menuju ruangan pesta, disana kami kembali berbaur dengan yang lainnya. Karena malam kian larut dan aku pun mulai merasa mengantuk kami berdua pun pulang, dimobil aku tak kuasa menahan kantukku aku tertidur dan terbangun saat Peter membangunkanku ketika kami telah tiba di cafĂ© plus rumahku. Setelah kubuka pintu Peter pun pamit untuk pulang setelah sebelumnya dia kembali mengecup keningku sembari mengucapkan "I love you, dream of me toninght." Kemudian dia pun berlalu. Aku pun segera menapaki tangga menuju kamar untuk segera mengganti pakaianku dan pergi tidur.
Hari ini Peter mengajakku untuk bertemu dengan orang tua dan keluarganya, aku benar – benar merasa gugup sekali namun Peter meyakinkanku kalau keluarganya pasti akan menerimaku. Sesampainya disana mereka menyambut dengan hangat rasanya seperti pulang ke rumah. Ibu Peter banyak bercerita saat Peter kecil, dia membawaku melihat album – album kenangan yang tertata rapi dalam sebuah lemari di ruang keluarga. Aku tersenyum melihat foto – foto tersebut tak lama kemudian Amira memanggil kami semua untuk menuju ruang makan menyantap makanan yang telah dihidangkan. Saat asyik menikmati makanan tiba – tiba Peter meminta perhatian sebentar lalu menatapku.
"Honey….sebenarnya sudah lama ini ada didalam benakku untuk menyatakannya kepadamu, tapi kalau aku terlalu lama memendamnya aku akan hanya menyia – nyiakan waktu….." Peter menarik nafas lalu mengeluarkan sesuatu dari saku celananya, ternyata sebuah cincin dengan permata berwarna putih, diraihnya tanganku lalu memasukkannya ke jari manisku seraya bertanya "Maukah kau menikah denganku?."